Proses pemakaman seseorang biasanya dilakukan dengan dua cara, dikubur atau dikremasi. Keduanya memiliki ciri khas masing-masing. Proses kremasi terkesan lebih simple namun pemakaman dengan cara ini memiliki efek negatif yakni pelepasan gas karbon yang keluar dari hasil pembakaran jenazah oleh suhu api yang panas. Banyak pakar lingkungan mengatakan kremasi turut menyumbang pemanasan global.
Belajar dari kritik tersebut, sebuah rumah duka di Kanada membuat teknologi inovasi untuk menggantikan cara kremasi yang konvensional. Teknologi ini tidak menggunakan api sama sekali untuk meleburkan jasad yang telah mati. Ia menggunakan campuran air, garam, dan mineral potash untuk meleburkan jasad menjadi seperti lumpur.
Proses pemakaman seseorang biasanya dilakukan dengan dua cara, dikubur atau dikremasi. Keduanya memiliki ciri khas masing-masing. Proses kremasi terkesan lebih simple namun pemakaman dengan cara ini memiliki efek negatif yakni pelepasan gas karbon yang keluar dari hasil pembakaran jenazah oleh suhu api yang panas. Banyak pakar lingkungan mengatakan kremasi turut menyumbang pemanasan global.
Belajar dari kritik tersebut, sebuah rumah duka di Kanada membuat teknologi inovasi untuk menggantikan cara kremasi yang konvensional. Teknologi ini tidak menggunakan api sama sekali untuk meleburkan jasad yang telah mati. Ia menggunakan campuran air, garam, dan mineral potash untuk meleburkan jasad menjadi seperti lumpur.
Oh iya, proses peleburan ini hanya berlaku bagi daging saja, sementara tulang belulang akan tetap utuh. Kerangka yang masih utuh tadi akan dikeringkan dan dihancurkan menjadi abu atau diawetkan. Semua tergantung pada pilihan anggota keluarga yang ditinggalkan. Namun ada beberapa keluarga yang menyerahkannya pada organisasi kesehatan untuk dijadikan bahan riset.
Sumber: Inhabitat
0 Blogger Dan Facebook